Senin, 08 Agustus 2022

CITAYAM FASHION WEEK

 CITAYAM FASHION WEEK

Citayam Fashion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross, para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta. Viralnya kawasan Dukuh Atas sebagai lokasi Citayam Fashion Week ini bermula dari beredarnya video-video wawancara di media sosial. wawancara itu menampilkan jawaban remaja-remaja yang masih polos, sehingga mengundang gelak tawa, tak hanya itu para remaja juga menganakan baju nyentrik. Dari video-video viral tersebut, muncul nama-nama seperti Kurma, Bonge, Jeje Slebew, Roy, dan Alpin yang semuanya berasal dari daerah sekitar Jakarta. Latar belakang inilah yang memunculkan istilah Citayam Fashion Week.

Daerah Dukuh Atas menjadi sangat ramai setelah viral Citayam Fashion Week.  Tidak hanya jadi tempat remaja dari penyangga Jakarta ngongkrong dan cari hiburan, namun juga pejabat dan kalangan menegah atas, hingga artis membuat konten. Terkait fenomena ini, sosiolog dari Universitas Indonesia Hari Nugroho memberikan pandangannya. Hari mengatakan, tren "Citayam Fashion Week" berpotensi "dikuasai" oleh kalangan menengah ke atas yang memiliki sumber daya sosial dan ekonomi yang lebih. Hal itu akan membuat para remaja dari Citayam, Bojonggede, dan Depok yang memulai tren tersebut justru tersingkir. "Arena ini potensial hanya akan diambil alih oleh mereka yang punya power and resources lebih besar yaitu kalau bukan anak muda kelas menengah Jakarta, atau ya mereka yang mau pakai untuk keperluan panggung politik," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/7/2022). Hari mengatakan, kondisi tersebut akhirnya membuat anak-anak itu (remaja Citayam) akan tersingkir atau sekurangnya hanya menjadi penopang, bukan lagi subjek utama arena. 

Hari pun memprediksi tren "Citayam Fashion Week" tak akan bertahan lama karena kemunculannya yang spontan. "Menurut saya itu tidak akan bertahan lama, karena itu hanya respons populer saja. Kemunculannya itu adalah sebuah komunitas cair yang tidak terstruktur, yang terkonstruksi secara spontan," ujar Hari. Dia mengatakan, fenomena "Citayam Fashion Week" merupakan tren yang muncul di tengah ketiadaan ruang publik bagi remaja di daerah penyangga Jakarta. Para remaja yang berasal dari Citayam, Bojonggede, dan Depok itu kemudian mencoba membuat tren dengan nongkrong di pusat kota Jakarta yang dibalut adu gaya berpakaian. Kemudian aktivitas itu didokumentasikan di media sosial hingga viral. Selain itu, ia menilai kerumunan di "Citayam Fashion Week" muncul dan meluas tanpa adanya tokoh penggerak utama. Sehingga fenomena Citayam ini hanya fenomena populer karena ketiadaan ruang bagi anak muda di kota satelit Jakarta untuk berekspresi dan membangun identitas mereka. "Dan kebetulan tempat di kawasan Sudirman itu menyediakan arenanya," lanjut Hari. 

Setelah menjadi perbincangan hangat, sejumlah tokoh pun ikut meramaikan Citayam Fashion Week. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut menjajal di catwalk jalanan tersebut. Bahkan, sejumlah model profesional dan influencer tak mau ketinggalan untuk menjajalnya sambil membuat konten di media sosial. Citayam Fashion Week yang bermula dari ide-ide anak muda itu kini diperebutkan oleh para influencer. Tercatat dua influencer berebut mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu perusahaan Tiger Wong Entertainment milik Baim Wong dan perusahaan milik Indigo Aditya Nugraha. Baim Wong juga disebutkan akan menggelar Citayam Fashion Week dengan nama perusahaannya pada Agustus mendatang. Baim mengajukan permohonan dengan nama brand Citayam Fashion Week dengan nomor registrasi Jid2022052181. Permohonan Baim tercatat di Kemenkumham pada 20 Juli 2022. Namun, langkah Tiger Wong Entertainment, Perusahaan yang dipimpin Baim Wong dikeritik sejumlah kalangan. Wakil Gubernur Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan: “Sekarang tidak bisa main klaim-klaim. Jadi kita jangan klaim itu milik semua, milik anak-anak, itu ruang publik milik warga.” Tapi Baim Wong menegaskan bahwa tujuan perusahaannya mendaftarakan Citayam Fashion Week ke Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual memiliki tujuan posistif “In sha Allah tujuan Tiger Wong Entertainment ini berbeda. Kalau kalian sesayang itu sama negara kalian, pasti kalian melakukan hal yang sama dengan saya,” kata Baim Wong. Kemudian dia menambahkan “Saya selalu berpikir bagaimana menjadikan Indonesia lebih maju, dan nggak pernah mau kalah sama luar negeri. Indonesia pasti bisa lebih hebat.” Dia kecewa dengan respon negatif setlah dia mendaftarkan Citayam Fashion Week ke HKI.

Sahroni meminta Kementerian Hukum dan HAM melalui Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual tidak serta merta menerima pengajuan merk Citayam Fashion Week sebelum melakukan kajian secara mendalam.  “Institusi Kemenkumham juga tidak boleh asal terima atas pengajuan nama merk begitu saja, harus ada kajian mendalam untuk menerima hal merk tersebut.” Ujar Sahroni.

Menurut Irma proses untuk mengantongi merek tersebut memerlukan waktu lama serta tergantung dari dari persyaratan yang harus dipenuhi pihak pengaju. "Tidak masalah mau ada sepuluh orang yang ingin mendaftarkan dengan nama merek yang sama. Tapi nanti balik lagi dilihat kelengkapan syarat-syaratnya oleh pemeriksa merek," kata Irma, Minggu (24/7/2022). Nantinya, DJKI Kemenkumham akan mengumumkan hasilnya dalam waktu 2 bulan. .   Alasan munculnya Citayam Fashion Week Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, street fashion ini merupakan salah satu cara anak muda untuk menonjolkan identitasnya. Dengan adanya street fashion, anak-anak muda ini mampu menarik perhatian, sehingga keberadaan mereka pun diakui. Baca juga: Citayam Fashion Week Direbut Banyak Pesohor, Netizen: Maling! Selain itu, Drajat memandang Citayam Fashion Week sebagai subversif perkotaan. Maksudnya, fenomena ini mengindikasikan adanya inisiatif, kreativitas, dan langkah nyata dari masyarakat yang tidak mendapatkan akses pada kebutuhan tertentu. Dalam konteks ini, ia menilai bahwa masyarakat membutuhkan pakaian yang bagus dan diakui. Sayangnya, tak semua pakaian tersebut bisa didapat dengan harga terjangkau. Beberapa masyarakat juga memiliki keinginan untuk mengikuti ajang mode seperti fashion show. Namun, tak sembarang orang bisa mengikutinya. "Sehingga kemudian muncullah kreativitas-kreativitas dari yang memiliki kebutuhan, tapi tidak memiliki akses di situ," kata Drajat pekan lalu. "Kreativitas ini yang kemudian berkembang di jalan. Urban subversif itu berkembang di jalan, kemudian muncullah tampilan seperti Citayam (Fashion Week) ini," sambungnya.

Riza meminta kepada para peragawati atau model berpengalaman dan perancang busana ikut membimbing dan membagikan ilmu mereka kepada anak-anak muda yang ikut Citayam Fashion Week. “Yang elit-elityang punya kelebihan rezeki, kelebihan ilmu dibagi buat adik-adik. Yang punya ilmu bagaimana yang baik melakukan ‘fashion show’, bagaimana mendesain yang baik, ayo dong ilmunya diturunkan.” Ujar Riza. 


Nama Kelompok 1 :

1. Agnia Ulin Nuha ( D3 TLM )

2. Amelia Dewi Setiawati ( S1 Farmasi )

3. Ahmad Fauzi ( S1 Keperawatan )

4. Amira Muhtadina R. A ( D4 TLM )

5. Andini Dian Sitoresmi ( S1 Keperawatan )

6. Aprilia Putri Vikria Nilam ( Si Keperawatan )

7. Candrika Safina Berliana ( S1 Keperawatan )

8. Desta Sriutama ( D4 TLM )

9. Durratun Nashihah (S1 Keperawatan )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar