Putri Widia Ningrum
Malam di penghujung tahun itu aku
menulis pada catatan kecilku, yang hampir habis halaman seperti akhir tahun
2020 ini.
Dua
Dasawarsa
Jika
penat, diberi selamat
Terkesan
hangat dan bermartabat
Proses
sedang menjawab
Menjadi-jadi
dan seakan-akan
Terbentur,
terbentur hingga akhirnya terbentuk
Cantik
begitu adanya
Menjejak
proses tuk bermetamorfosa
Didukung
cakrawala-cakrawala
Tak
lupa...
semesta
juga menemani
Aiss,
Jatuh cinta ternyata seindah ini
Jawaban
berlanjut dengannya
Sang
Rumah berwarna merah
Ternyata
bangunan juga membangun
Sang
penghuni pemakai jas merah
Ia
memiliki peran
Dan
mengartikan diri
Mencipta
diri ini
Bangunan
merah tertumpah
Oleh
cinta, suka mahupun duka
Tapi
tak pernah terlihat usang
Dia
selalu gemilang
Karena
terbungkus
Selimut
keikhlasan
(Judul
proses menjawab: terinspirasi kegiatan Lid surabaya 2020)
Noktah
perjalanan instruktur pagebluk
“Dek,
ayo ikut ini” begitu ujarnya sambil menunjukkan poster LID di Instagram. Ahh
kejutan apa lagi ini? Berkali-kali kubaca hasil coretan tanganku itu. Tulisan
itu bukan doa kan? Aku tak memintanya untuk kembali terbentur kan? “ Dek,
Achilles gak ada instruktur loh. Aku juga sudah mau demis. Siapa lagi kalau
bukan kamu? “. Hey sebentar sebentar, apa apaan ini? Jangan buat aku lemah
dengan alasan itu dong. Cintaku tak main-main, untuknya apa saja akan aku
lakukan. Hmm baiklah, aku menyerah. Segera ku rampungkan apa saja yang
dibutuhkan. Ya, memang kala itu fisikku sedang sedikit bermasalah. Tak apa, asal
cintaku itu baik-baik saja. Beruntungnya aku, Allah mengirimkan banyak orang
baik disekelilingku yang juga turut membantu. Mulai dari membuatkan surat,
menguruskan perizinan, hingga melakukan screening yang menjadi persyaratan
mutlak untuk dapat mengikuti LID.
Waktu
itu tiba, sedikit malas rasanya berkemas untuk pergi kesana. 6 hari dengan
materi yang tak akan pernah berhenti untuk selalu menceramahi. Juga tumpukan
tugas-tugas yang sudah mulai menghantui. Ya Allah, kalau saja bukan karnanya
malas sekali aku ikut serta. Saat semua sudah siap, kembali ku matangkan niatku
untuk tak mengecewakannya. Agar semua yang aku dapat nanti benar-benar bisa
membuatnya jauh lebih berharga.“Bismillahirrahmanirrahim”
berkahi langkah saya kali ini Ya Allah, jadikan apapun yang nantinya akan saya
dapatkan bisa menjadi jawaban atas segala keresahan. Tuntun aku, cerdaskan
otakku juga mudahkan segalanya yang akan terjadi.
Sedikit demi sedikit ku pelajari tentang segala hal yang menyangkut LID. Mulai dari menghafal ayat-ayat pengkaderan yang susah sekali diterima oleh otak, mendengarkan materi tentang bagaimana cara mengkader dengan baik, hingga mengenal apa itu instruktur yang akan dihasilkan oleh LID ini. Maaf aku salah, ternyata LID tak sekejam itu. Bahkan aku bisa menikmati setiap inci hal yang sedang terjadi didalamnya. Aku menemukan keluarga baruku disini. Mengaji, memasak, mendengarkan materi, berdiskusi, hingga menikmati malam dengan tugas daily. Terlihat selipan buku catatan di sudut tas merah itu, hey kau rindu dengan coretanku ya? Segera ku ambil, lalu ku baca lagi tulisan terakhirku. Kutuliskan beberapa kalimat setelah kata terakhirnya. Mungkin ini yang aku butuhkan untuk menyelesaikan tulisanku, begitu pikirku. Lantas, beginilah tulisan sederhana ku:
Dalam
rumah itu, ada suka sampai cita
Padahal
dibenturkan, namun tak juga remuk
Ada
pemikiran yang harus selalu dikembangkan
Serta
rasa yakin yang berkerumun
Aku,
pemuda dua dasawarsa
Terlahir
dari metamorfosa
Yang hebat dari rumah merah itu.
Dengan
berbagai tradisi dan semangat luhur
Aku
siap berbenah dan melangkah
Mengajak
bangkit, saat tubuh sakit
Memuji
hebat, padahal hampir saja sekarat
Selamat
pada diri
Semangat terpatri
Yang telah menghibah pada nafas-nafas perjuangan
Tak
terasa, ini sudah hari terakhir bersama-sama. Rasa kantuk sebab 3 hari tak
merasakan tidur juga sudah lupa untuk kurasakan. “Tak apa, kita tetap keluarga.
Ikatan ini yang akan terus memeluk. Tetap saling membersamai untuk saling
membenahi.” Terima kasih banyak KORPS Instruktur Surabaya, juga PC IMM Kota
Surabaya yang sudah menemukanku dengan mereka. Mengajariku tentang segala hal
yang belum pernah sempat ku fikirkan untuk ikatanku. Juga memberiku cinta untuk
mengawali bulan desemberku dengan penuh makna.
Awal
bulan desember yang berharga, tercetak menjadi instruktur katanya. Membuatku
tersenyum juga berfikir tentang hal apa yang akan aku berikan untuknya sebagai
oleh-olehku mengikuti LID yang sangat berkesan ini? Menjadi Putri yang lebih
baik, rasanya itu sudah pasti. Tapi sumpah yang sejak semalam kuucapkan dengan
penuh derai air mata tak bisa semudah itu untuk diubah menjadi narasi
perjuangan di ikatan. Oleh karna itu, gelar instruktur yang didapat rasanya tak
pantas jika harus dibangga-banggakan. Sang instruktur identitas itu kini tersemat
pada diri. Maka mari mengemban amanah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan.
Dengan tidak memaknainya sebagai beban, akan tetapi melakukannya penuh
ketulusan, karna IMM sedang membutuhkan generasi-generasi yang mencintainya
bukan karna sebab tapi siap menerima akibat dan tanggungjawab.
Ini
untukmu, kader IMM yang kusemogakan bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan.
“Ada
yang berkesan. Seperti tak ingin diakhiri, tak ingin dipisahkan dan tak ingin
disudahi. Awal yang tak akan menjadi akhir. Tentang segala cerita yang sudah
menjadi rasa, tentang segala kisah yang sudah menjadi makna"
Saat
menulis ini, kakak masih muda menuju seperempat abad perjalanan. 20 tahun di
hadapan wajah semesta. Kakak benar-benar manusia. Dimana seperti yang lain
menganggap sempurna, banyak bermimpi dan berminta semangat. Kakak pernah punya
mimpi, kelak kalian lahir dan tumbuh disana. Di tempat langit yang ditulis di
dalam puisi-puisi. Teruntuk kawan-kawan di rumah merah ini. Kurangi mendunia,
kurangi lalu lalang, dan tetaplah hidup-menghidupi. Karena sejatinya cinta itu
bertemali,
Cintai
semestamu dengan mencintai dirimu sendiri. Lalu bergeraklah dan Cintailaj
gerakanmu yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
Terima
kasih telah membaca. Sekali lagi terima kasih. Semoga tulisan ini bukan hanya
menggetarkan namun juga menggerakkan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus sekali tulisan dari ayunda putri widia ningrum. Semoga dapat menginspirasi teman-teman semua untuk terus berkarya. Aamiin... aamiin ya Rabbal alamin
BalasHapus