Jumat, 15 Januari 2021

SURAT UNTUK TUAN DAN PUAN

 


Karya : Berliana Indah Shafa Putri


Teruntuk tuan dan puan yang terhormat.

Sang tokoh utama dalam mengobati penderitaan ibu pertiwi.

Dijuluki pahlawan, tanpa perlu melawan penjajahan.

Disebut pendekar, walaupun tidak memiliki badan yang kekar.

Satu-satunya pembawa belati, yang malah disegani.

Tokoh dibalik baju kepompong putih itu.

Dengan parfum dari karbol yang begitu khas dalam setiap pertemuan.

Yang katanya, saat ini sedang berjuang.

Sedang berperang,

Tapi bukankah, Indonesiaku sudah merdeka?

Lalu, kalian ini sedang apa?

Perjuangan kalian mengabdi sudah tidak dihargai.

 

Teruntuk tuan dan puan yang terhormat,

Yang saat ini sedang berjuang

Melawan virus, dan kebodohan.

Sudah terlampau banyak yang kau lakukan

Tapi sayangnya perjuanganmu diabaikan

Teman sejawatmu yang gugur berserakan,

Hanya dianggap sebagai laporan harian.


Lalu, untuk apa?!

Coba katakan

Untuk apa kau berjuang mati-matian?

Untuk disebut sebagai pahlawan?

Untuk kemanusiaan?

Atau hanya sebatas menepati sumpah yang kau ikrarkan setelah lulus dari bangku pendidikan?

 

Sedang, apa yang kau dapatkan?

Waktu dan tenaga yang kau persembahkan,

Dibalas dengan mengabaikan protokol kesehatan.

Keringat dan air mata yang kau teteskan,

Hanya sekedar mendapat tepuk tangan dari atasan.

Hidup yang telah kau pertaruhkankan,

Hanya dihadiahi kematian tanpa pemakaman.

 

Sudahlah, ayo menyerah.

Perjuanganmu untuk apa?

Jika untuk kemanusiaan,

Sudah terlampau banyak manusia yang menjadi hewan.

Jika untuk menepati sumpah,

Sudah terlalu banyak sumpah yang jadi sampah.

Para wakil kami berani mengkhianati.

Para pemimpin tertinggi juga berani mengambil hak kami.

Mereka siap menerima serapah, asal cuan mengalir seperti darah.

Dalam satu tahun ke belakang,

Sudah berapa banyak yang menjadi korban?

Sudah berapa banyak yang pahlawan yang mundur, atau pahlawan yang gugur?

Sejatinya, kau hanya memiliki dua pilihan

Menyerah dan kembali pulang,

Atau bertahan demi kemenangan.

Yang entah kapan dia datang dalam pelukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar