Karya : Berliana Indah Shafa Putri
Teruntuk
tuan dan puan yang terhormat.
Sang
tokoh utama dalam mengobati penderitaan ibu pertiwi.
Dijuluki
pahlawan, tanpa perlu melawan penjajahan.
Disebut
pendekar, walaupun tidak memiliki badan yang kekar.
Satu-satunya
pembawa belati, yang malah disegani.
Tokoh
dibalik baju kepompong putih itu.
Dengan
parfum dari karbol yang begitu khas dalam setiap pertemuan.
Yang
katanya, saat ini sedang berjuang.
Sedang
berperang,
Tapi
bukankah, Indonesiaku sudah merdeka?
Lalu,
kalian ini sedang apa?
Perjuangan
kalian mengabdi sudah tidak dihargai.
Teruntuk
tuan dan puan yang terhormat,
Yang
saat ini sedang berjuang
Melawan
virus, dan kebodohan.
Sudah
terlampau banyak yang kau lakukan
Tapi
sayangnya perjuanganmu diabaikan
Teman
sejawatmu yang gugur berserakan,
Hanya
dianggap sebagai laporan harian.
Lalu, untuk
apa?!
Coba
katakan
Untuk
apa kau berjuang mati-matian?
Untuk
disebut sebagai pahlawan?
Untuk
kemanusiaan?
Atau
hanya sebatas menepati sumpah yang kau ikrarkan setelah lulus dari bangku
pendidikan?
Sedang,
apa yang kau dapatkan?
Waktu
dan tenaga yang kau persembahkan,
Dibalas
dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Keringat
dan air mata yang kau teteskan,
Hanya
sekedar mendapat tepuk tangan dari atasan.
Hidup
yang telah kau pertaruhkankan,
Hanya
dihadiahi kematian tanpa pemakaman.
Sudahlah,
ayo menyerah.
Perjuanganmu
untuk apa?
Jika
untuk kemanusiaan,
Sudah
terlampau banyak manusia yang menjadi hewan.
Jika
untuk menepati sumpah,
Sudah
terlalu banyak sumpah yang jadi sampah.
Para
wakil kami berani mengkhianati.
Para
pemimpin tertinggi juga berani mengambil hak kami.
Mereka
siap menerima serapah, asal cuan mengalir seperti darah.
Dalam satu tahun
ke belakang,
Sudah
berapa banyak yang menjadi korban?
Sudah
berapa banyak yang pahlawan yang mundur, atau pahlawan yang gugur?
Sejatinya,
kau hanya memiliki dua pilihan
Menyerah
dan kembali pulang,
Atau
bertahan demi kemenangan.
Yang
entah kapan dia datang dalam pelukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar