Senin, 22 Oktober 2018

Sahabat


Setiap orang pasti memiliki teman atau yang lebih intens lagi yaitu sahabat. Namun setiap orang berbeda-beda, ada yang tidak bisa hidup tanpa sahabat dan ada pula yang bisa hidup tanpa sahabat. Menurut saya sahabat itu adalah orang yang sangat kita percaya. Ya.. sangat kita percaya dalam hal apapun, menjaga rahasia kita ataupun menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi sebagai sahabatnya. Tapi menurut kalian, apakah ada teman yang menusuk sahabatnya, tidak percaya pada sahabatnya. Ya itu yang sedang saya rasakan, saya sudah bersahabat 14tahun dengan berbagai macam sifat dan keegoisan masing-masing. Tapi selama saya menjalani fase-fase dalam bersahabat ini yang saya rasakan senang dan sedih, tapi banyak senangnya. Memang disemua kehidupan pasti ada senang dan ada sedih.

Saya menikmati semuanya, ada masa dimana saya ingin menyerah karena sebuah ujian-Nya. Tapi disitu sahabat saya berperan penting untuk mengembalikan jati diri saya yang hilang karena kepercayaan diri saya sedang menurun. Tapi semakin bertambah umur saya, semakin naik tingkatan dalam persahabatan saya, semakin besar pula ujian-ujian yang diberi dan saya hadapi. Pertengkaran, keegoisan sudah biasa bukan di dalam persahabatan? Tapi tidak dengan perpisahan, karena persahabatan itu adalah keluarga, tidak ada yang namanya mantan sahabat atapun mantan keluarga. Sahabatku adalah keluargaku, karena dia yang menemaniku disaat apapun, disaat sedih, hancur, terpuruk dan pasti pada saat bahagiaku, pasti aku lewati dengan sahabat.

 Sahabat is everything.  Tapi pernah nggak sih kalian dianggap bukan siapa-siapa, padahal kalian menganggap dia segalanya. Ya, itu yang saya rasakan saat ini. Dimana saya menganggap sahabat adalah keluarga, sahabat adalah segalanya, tapi saya diingat saat ada perlunya saja. Jadi singkatnya, saya bersahabat 9 orang. Dan u know la ya, dari 9 orang itu pasti ada rasa nyaman yg tidak bisa kalian rasakan sama semuanya. Tapi pasti ada saja yang salah mengartikan, ataupun kecemburuan semata. Ya cemburu antar sahabat, cemburu tanpa ada arah dan tujuan dan berujung dengan perpisahan.

Saya merasakan rasanya dihianati oleh sahabat, sahabat yang saya anggap lebih dari apapun. Tapi salah, ya salah besar dia membohongiku mentah-mentah aku merasa aku yang bodoh, aku yang terlalu percaya, dan aku yang salah telah menganggap bersahabatan itu suci. Dan akhirnya persahabatan saya pecah, semua pergi sendiri-sendiri entah kemana. Aku hanya menguatkan diriku sendiri, aku memotivasi diriku sendiri, agar aku bangkit. Dan membangun menset pada diriku, Tentang kepercayaan dalam sebuah persahabatan.

Percaya dan bangkit dalam keterpurukan sendirian itu tidak mudah, tidak mudah mengalahkan ego yang menggebu-nggebu dalam diri. Ada dimana saya mengalahkan itu semua, mengalahkan ego dan rasa kecewa saya kepada mereka-mereka yang tidak berasalah. Saya berjuang mengembalikan semua kawan-kawan saya, semua sahabat saya dan meninggalkan salah satu penghancur dalam persahabatan tersebut, karna prinsip saya tidak ada mantan sahabat, kenapa bisa memutuskan untuk meninggalkan si penghancur? Karena dia bukan sahabat, dan tidak layak disebut sahabat. Karena sahabat tidak menusuk, tidak menipu, serta tidak ada kemunafikan. Sahabat bisa menjaga, melindungi dan membantu dalam semua masalah kita.

Tidak ada dalam satupun yang termasuk dalam dirinya si perusak, karena dia hanya memanfaatkan. Ya, memanfaatkan kebaikan dan ketulusan seseorang yang mempercayainya dalam segala hal, tapi dia kebalikan dari itu semua. Tapi dengan ketulusan kita ber 8, kita dapat kembali membuka lembaran baru, lembaran yang di dasari kepercayaan, kenyamanan, saling percaya, saling melindungi dan saling menjaga satu sama lain.

            Ya, dari masalah persahabatan yang saya alami ini saya bisa mengambil pelajaran bahwa semua teman yang kita percaya, belum tentu dia bisa menjadi sahabat yang baik untuk kita. Dan kita harus bisa menempatkan siapa orang yang dapat kita percaya, dan dia mempercayai kita. Jangan mudah percaya dengan sesuatu yang sebentar kita kenal, baik memang penting dan perlu kesiapa saja, tapi ketika baiknya kita tidak dihargai cukup untuk diri kita tau, tanpa meninggalkan yang tidak menghargai. Eh iya, saya masih berteman dan masih baik kok sama si perusak, karna saya tidak bisa jahat hehe .



Karya : Nadiah Putri Amalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar