Jumat, 26 Agustus 2022

PENGARUH BULLYING TERHADAP RESILIENSI AKADEMIK DAN HARGA DIRI MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI

Bullying merupakan tindakan agresif, baik secara fisik maupun verbal, yang dilakukan

oleh individu. Tindakan tersebut dilakukan secara berulang kali, dan terdapat perbedaan

kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan dalam hal ini merujuk pada sebuah

persepsi terhadap kapasitas fisik dan mental. Selain itu, perbedaan kekuatan juga terdapat pada

jumlah pelaku dan korban (Schott, 2014). Bullying banyak dilakukan di tingkat perguruan tinggi

pada kegiatan Orientasi pengenalan kampus (Ospek). Orientasi pengenalan kampus (ospek)

merupakan tradisi di perguruan tinggi. Ospek umumnya digunakan sebagai sarana pengenalan

kampus.

Kegiatan ospek biasanya identik dengan kegiatan yang menantang mental dan kuat akan

stigmanya penuh dengan kekerasan. Fenomena ospek sering disebut sebagai perpeloncoan atau

bullying. Tindakan perpeloncoan yang terjadi dalam masa ospek serupa dengan bullying, dalam

penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini (2014) menyatakan bahwa bullying adalah sebuah situasi

dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan /kekuasaan yang dilakukan oleh

seseorang/sekelompok. Bullying dapat memberikan dampak negatif kepada seseorang seperti

gejala fisik, mempengaruhi perilaku serta merasa memiliki gambaran terhadap dirinya sebagai

pribadi yang negatif. Akan tetapi tidak semua korban bullying memiliki gambaran pribadi yang

negatif. Korban bullying yang tangguh terhadap tekanan yang dialaminya dapat dikatakan

memiliki resiliensi.

Resiliensi adalah kemampuan individu untuk bangkit dalam menghadapi dan mengatasi

situasi yang berisiko dan penuh tekanan melalui pertahanan kompetensi yang dimiliki serta

adaptasi yang positif dan fleksibel terhadap perubahan dari pengalaman yang penuh tekanan.

(Achour & Nor, 2014). Sedangkan Resiliensi Akademik adalah kemampuan individu untuk

tetap bertahan menyelesaikan pendidikannya meskipun pada kondisi yang sulit atau situasi

yang tidak menyenangkan dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan akademik.

Baron et al. (2009) berpendapat bahwa harga diri adalah sejauh mana kita memandang

diri kita sendiri secara positif atau negatif dan sikap kita terhadap diri kita sendiri secara

keseluruhan. Menurut Rosenberg teori harga diri bersandarkan pada dua faktor (dalam Flynn,

2003), yaitu: (1) Pujian dari orang lain (reflected appraisal), komponen pujian menjelaskan

bahwa perasaan orang terhadap diri mereka sendiri dipengaruhi dengan kuat oleh pemikiran

orang lain terhadap diri mereka. Maka, harga diri dianggap sebagai sebuah produk dari interaksi

sosial, (2) Perbandingan sosial (social comparison), perbandingan sosial menyatakan bahwa

apabila pemikiran orang lain terhadap diri pribadi tidak tersedia, orang akan menilai diri mereka

sendiri melalui perbandingan dengan orang lain. 

Dari salah satu jurnal yang di publish tahun 2006 tentang penelitian bullying di perguruan

tinggi diperoleh hasil analisis data yang menunjukkan secara bersama-sama adanya pengaruh

bullying terhadap resiliensi akademik dan harga diri mahasiswa di perguruan tinggi. Dari hasil

pengolahan data terdapat hal yang perlu digaris bawahi oleh setiap individu agar tidak

melakukan bullying.

Terdapat pengaruh dari harga diri terhadap resiliensi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi harga diri yang diperoleh semakin tinggi pula resiliensi yang dimiliki.

Sebaliknya, semakin rendah harga diri semakin rendah resiliensi subyek. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pernyataan Resnick et al. (2011), yang menyatakan individu yang memiliki harga

diri yang baik membantu individu tersebut dalam menghadapi keterpurukan.

Harga Diri Menurut James harga diri dapat didefinisikan sebagai penilaian seseorang atau 

evaluasi atau nilai terhadap dirinya (Hutteman, Nestler, Wagner, Egloff, & Back, 2015). Maslow 

menegaskan bahwa kebutuhan terhadap harga diri pada masa remaja merupakan kebutuhan yang 

sangat penting (Amalia, 2014). Harga diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri yang 

dilakukan oleh individu yang sering berkaitan dengan sikap penerimaan ataupun penolakan yang 

menunjukkan seberapa jauh individu percaya terhadap kemampuan yang dimiliki (Ekasari & 

Andriyani, 2013). Individu dengan harga diri yang tinggi merasa cukup positif tentang 

karakteristik dan kompetensi mereka, yang dapat secara positif mempengaruhi kesejahteraan 

dalam dirinya, sementara harga diri yang rendah dapat menyebabkan banyak masalah dalam 

emosional dan perilaku (Shaniya & Sharma, 2012). Rosenberg mengatakan harga diri 

didefinisikan sebagai konstruk satu dimensi, yang mengacu pada rasa umum seseorang yang 

berharga (Bajaj, Robins, & Pande, 2016). Coopersmith menyebutkan aspek-aspek dari harga diri 

diantaranya adalah power, significance, virtue, dan competence (Ekasari & Andriyani, 2013). 

Soresen merumuskan bahwa harga diri merupakan suatu pandangan yang ada dalam diri individu 

atau bersifat personal tentang bagamana seseorang merasa, menilai dan menghargai diri sendiri 

(Aunillah & Adiyanti, 2015).

Sebagai contohnya,berita yang sedang beredar mengenai mahasiswa baru yang

dimaki,diteriaki,dibentak dengan kata-kata kasar oleh mahasiswa senior. Hal itu dilakukan oleh

mahasiswa senior didepan banyak orang yang menyebabkan mahasiswa baru tersebut malu. Dan

tidak hanya itu,ada juga mahasiswa baru di UNTIRTA yang saat kegiatan Orientasi Pengenalan

Kampus mereka di jemur di lapangan dan tidak diperbolehkan untuk makan dan minum oleh

panitia PKKMB di kampus tersebut. Hal itu juga bisa termasuk ke dalam perpeloncohan yang

berujung menyiksa.

Ditinjau dari perspektif hukum bentuk melakukan tindakan kekerasan selama kegiatan

orientasi pada perguruan tinggi dapat dijerat dengan pasal 335 KUHP Bab XVIII tentang

kejahatan terhadap kemerdekaan orang. Sedangkan orang yang turut serta dalam melakukan

kekerasan selama kegiatan orientasi ini dapat dijerat dengan pasal 55 dan 56 KUHP.

Dalam nilai agama tidak diajarkan kepada kita untuk melakukan hal semena-mena dan

melakukan sesuatu hal atas dasar balas dendam sebagaimana dalam surat Al. Anbiya ayat 107

disebutkan “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam.” Karena itulah, Islam melarang manusia bersikap semena-mena terhadap manusia lain.

Dalam hadits al Imam al Hakim, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang dengan sewenang-

wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan 

meminta pertanggungjawaban kepadanya.”

Cara Mengatasi Bullying Ini adalah masalah serius yang perlu diatasi karena dapat

memberikan dampak jangka panjang baik untuk korban dan juga pelaku. Berikut adalah

beberapa langkah cara mengatasi bullying yang bisa dilakukan:

1. Ceritakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya. Ceritakan pada orang tua maupun

guru yang memiliki otoritas untuk menindaklanjutinya.

2. Abaikan penindas dan jauhi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penindas akan merasa

senang apabila mendapatkan reaksi seperti yang dia inginkan.

3. Tingkatkan keberanian dan rasa percaya diri. Tunjukkan pada lingkungan sekitar bahwa

Anda bukan orang yang lemah dan mudah untuk ditindas.

4. Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku bukan hal yang baik

dan bahkan berbahaya.



Senin, 08 Agustus 2022

CITAYAM FASHION WEEK

 CITAYAM FASHION WEEK

Citayam Fashion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross, para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta. Viralnya kawasan Dukuh Atas sebagai lokasi Citayam Fashion Week ini bermula dari beredarnya video-video wawancara di media sosial. wawancara itu menampilkan jawaban remaja-remaja yang masih polos, sehingga mengundang gelak tawa, tak hanya itu para remaja juga menganakan baju nyentrik. Dari video-video viral tersebut, muncul nama-nama seperti Kurma, Bonge, Jeje Slebew, Roy, dan Alpin yang semuanya berasal dari daerah sekitar Jakarta. Latar belakang inilah yang memunculkan istilah Citayam Fashion Week.

Daerah Dukuh Atas menjadi sangat ramai setelah viral Citayam Fashion Week.  Tidak hanya jadi tempat remaja dari penyangga Jakarta ngongkrong dan cari hiburan, namun juga pejabat dan kalangan menegah atas, hingga artis membuat konten. Terkait fenomena ini, sosiolog dari Universitas Indonesia Hari Nugroho memberikan pandangannya. Hari mengatakan, tren "Citayam Fashion Week" berpotensi "dikuasai" oleh kalangan menengah ke atas yang memiliki sumber daya sosial dan ekonomi yang lebih. Hal itu akan membuat para remaja dari Citayam, Bojonggede, dan Depok yang memulai tren tersebut justru tersingkir. "Arena ini potensial hanya akan diambil alih oleh mereka yang punya power and resources lebih besar yaitu kalau bukan anak muda kelas menengah Jakarta, atau ya mereka yang mau pakai untuk keperluan panggung politik," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/7/2022). Hari mengatakan, kondisi tersebut akhirnya membuat anak-anak itu (remaja Citayam) akan tersingkir atau sekurangnya hanya menjadi penopang, bukan lagi subjek utama arena. 

Hari pun memprediksi tren "Citayam Fashion Week" tak akan bertahan lama karena kemunculannya yang spontan. "Menurut saya itu tidak akan bertahan lama, karena itu hanya respons populer saja. Kemunculannya itu adalah sebuah komunitas cair yang tidak terstruktur, yang terkonstruksi secara spontan," ujar Hari. Dia mengatakan, fenomena "Citayam Fashion Week" merupakan tren yang muncul di tengah ketiadaan ruang publik bagi remaja di daerah penyangga Jakarta. Para remaja yang berasal dari Citayam, Bojonggede, dan Depok itu kemudian mencoba membuat tren dengan nongkrong di pusat kota Jakarta yang dibalut adu gaya berpakaian. Kemudian aktivitas itu didokumentasikan di media sosial hingga viral. Selain itu, ia menilai kerumunan di "Citayam Fashion Week" muncul dan meluas tanpa adanya tokoh penggerak utama. Sehingga fenomena Citayam ini hanya fenomena populer karena ketiadaan ruang bagi anak muda di kota satelit Jakarta untuk berekspresi dan membangun identitas mereka. "Dan kebetulan tempat di kawasan Sudirman itu menyediakan arenanya," lanjut Hari. 

Setelah menjadi perbincangan hangat, sejumlah tokoh pun ikut meramaikan Citayam Fashion Week. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut menjajal di catwalk jalanan tersebut. Bahkan, sejumlah model profesional dan influencer tak mau ketinggalan untuk menjajalnya sambil membuat konten di media sosial. Citayam Fashion Week yang bermula dari ide-ide anak muda itu kini diperebutkan oleh para influencer. Tercatat dua influencer berebut mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu perusahaan Tiger Wong Entertainment milik Baim Wong dan perusahaan milik Indigo Aditya Nugraha. Baim Wong juga disebutkan akan menggelar Citayam Fashion Week dengan nama perusahaannya pada Agustus mendatang. Baim mengajukan permohonan dengan nama brand Citayam Fashion Week dengan nomor registrasi Jid2022052181. Permohonan Baim tercatat di Kemenkumham pada 20 Juli 2022. Namun, langkah Tiger Wong Entertainment, Perusahaan yang dipimpin Baim Wong dikeritik sejumlah kalangan. Wakil Gubernur Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan: “Sekarang tidak bisa main klaim-klaim. Jadi kita jangan klaim itu milik semua, milik anak-anak, itu ruang publik milik warga.” Tapi Baim Wong menegaskan bahwa tujuan perusahaannya mendaftarakan Citayam Fashion Week ke Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual memiliki tujuan posistif “In sha Allah tujuan Tiger Wong Entertainment ini berbeda. Kalau kalian sesayang itu sama negara kalian, pasti kalian melakukan hal yang sama dengan saya,” kata Baim Wong. Kemudian dia menambahkan “Saya selalu berpikir bagaimana menjadikan Indonesia lebih maju, dan nggak pernah mau kalah sama luar negeri. Indonesia pasti bisa lebih hebat.” Dia kecewa dengan respon negatif setlah dia mendaftarkan Citayam Fashion Week ke HKI.

Sahroni meminta Kementerian Hukum dan HAM melalui Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual tidak serta merta menerima pengajuan merk Citayam Fashion Week sebelum melakukan kajian secara mendalam.  “Institusi Kemenkumham juga tidak boleh asal terima atas pengajuan nama merk begitu saja, harus ada kajian mendalam untuk menerima hal merk tersebut.” Ujar Sahroni.

Menurut Irma proses untuk mengantongi merek tersebut memerlukan waktu lama serta tergantung dari dari persyaratan yang harus dipenuhi pihak pengaju. "Tidak masalah mau ada sepuluh orang yang ingin mendaftarkan dengan nama merek yang sama. Tapi nanti balik lagi dilihat kelengkapan syarat-syaratnya oleh pemeriksa merek," kata Irma, Minggu (24/7/2022). Nantinya, DJKI Kemenkumham akan mengumumkan hasilnya dalam waktu 2 bulan. .   Alasan munculnya Citayam Fashion Week Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, street fashion ini merupakan salah satu cara anak muda untuk menonjolkan identitasnya. Dengan adanya street fashion, anak-anak muda ini mampu menarik perhatian, sehingga keberadaan mereka pun diakui. Baca juga: Citayam Fashion Week Direbut Banyak Pesohor, Netizen: Maling! Selain itu, Drajat memandang Citayam Fashion Week sebagai subversif perkotaan. Maksudnya, fenomena ini mengindikasikan adanya inisiatif, kreativitas, dan langkah nyata dari masyarakat yang tidak mendapatkan akses pada kebutuhan tertentu. Dalam konteks ini, ia menilai bahwa masyarakat membutuhkan pakaian yang bagus dan diakui. Sayangnya, tak semua pakaian tersebut bisa didapat dengan harga terjangkau. Beberapa masyarakat juga memiliki keinginan untuk mengikuti ajang mode seperti fashion show. Namun, tak sembarang orang bisa mengikutinya. "Sehingga kemudian muncullah kreativitas-kreativitas dari yang memiliki kebutuhan, tapi tidak memiliki akses di situ," kata Drajat pekan lalu. "Kreativitas ini yang kemudian berkembang di jalan. Urban subversif itu berkembang di jalan, kemudian muncullah tampilan seperti Citayam (Fashion Week) ini," sambungnya.

Riza meminta kepada para peragawati atau model berpengalaman dan perancang busana ikut membimbing dan membagikan ilmu mereka kepada anak-anak muda yang ikut Citayam Fashion Week. “Yang elit-elityang punya kelebihan rezeki, kelebihan ilmu dibagi buat adik-adik. Yang punya ilmu bagaimana yang baik melakukan ‘fashion show’, bagaimana mendesain yang baik, ayo dong ilmunya diturunkan.” Ujar Riza. 


Nama Kelompok 1 :

1. Agnia Ulin Nuha ( D3 TLM )

2. Amelia Dewi Setiawati ( S1 Farmasi )

3. Ahmad Fauzi ( S1 Keperawatan )

4. Amira Muhtadina R. A ( D4 TLM )

5. Andini Dian Sitoresmi ( S1 Keperawatan )

6. Aprilia Putri Vikria Nilam ( Si Keperawatan )

7. Candrika Safina Berliana ( S1 Keperawatan )

8. Desta Sriutama ( D4 TLM )

9. Durratun Nashihah (S1 Keperawatan )