Kamis, 17 Desember 2020

Awal Bulan Desember

 

Putri Widia Ningrum

Malam di penghujung tahun itu aku menulis pada catatan kecilku, yang hampir habis halaman seperti akhir tahun 2020 ini.

 

Dua Dasawarsa

Jika penat, diberi selamat

Terkesan hangat dan bermartabat

Proses sedang menjawab

Menjadi-jadi dan seakan-akan

Terbentur, terbentur hingga akhirnya terbentuk

 

Cantik begitu adanya

Menjejak proses tuk bermetamorfosa

Didukung cakrawala-cakrawala

Tak lupa...

semesta juga menemani

Aiss, Jatuh cinta ternyata seindah ini

 

Jawaban berlanjut dengannya

Sang Rumah berwarna merah

Ternyata bangunan juga membangun

Sang penghuni pemakai jas merah

Ia memiliki peran

Dan mengartikan diri

 

Mencipta diri ini

Bangunan merah tertumpah

Oleh cinta, suka mahupun duka

Tapi tak pernah terlihat usang

Dia selalu gemilang

Karena terbungkus

Selimut keikhlasan

(Judul proses menjawab: terinspirasi kegiatan Lid surabaya 2020)

Noktah perjalanan instruktur pagebluk

            “Dek, ayo ikut ini” begitu ujarnya sambil menunjukkan poster LID di Instagram. Ahh kejutan apa lagi ini? Berkali-kali kubaca hasil coretan tanganku itu. Tulisan itu bukan doa kan? Aku tak memintanya untuk kembali terbentur kan? “ Dek, Achilles gak ada instruktur loh. Aku juga sudah mau demis. Siapa lagi kalau bukan kamu? “. Hey sebentar sebentar, apa apaan ini? Jangan buat aku lemah dengan alasan itu dong. Cintaku tak main-main, untuknya apa saja akan aku lakukan. Hmm baiklah, aku menyerah. Segera ku rampungkan apa saja yang dibutuhkan. Ya, memang kala itu fisikku sedang sedikit bermasalah. Tak apa, asal cintaku itu baik-baik saja. Beruntungnya aku, Allah mengirimkan banyak orang baik disekelilingku yang juga turut membantu. Mulai dari membuatkan surat, menguruskan perizinan, hingga melakukan screening yang menjadi persyaratan mutlak untuk dapat mengikuti LID.

            Waktu itu tiba, sedikit malas rasanya berkemas untuk pergi kesana. 6 hari dengan materi yang tak akan pernah berhenti untuk selalu menceramahi. Juga tumpukan tugas-tugas yang sudah mulai menghantui. Ya Allah, kalau saja bukan karnanya malas sekali aku ikut serta. Saat semua sudah siap, kembali ku matangkan niatku untuk tak mengecewakannya. Agar semua yang aku dapat nanti benar-benar bisa membuatnya jauh lebih berharga.“Bismillahirrahmanirrahim” berkahi langkah saya kali ini Ya Allah, jadikan apapun yang nantinya akan saya dapatkan bisa menjadi jawaban atas segala keresahan. Tuntun aku, cerdaskan otakku juga mudahkan segalanya yang akan terjadi.

            Sedikit demi sedikit ku pelajari tentang segala hal yang menyangkut LID. Mulai dari menghafal ayat-ayat pengkaderan yang susah sekali diterima oleh otak, mendengarkan materi tentang bagaimana cara mengkader dengan baik, hingga mengenal apa itu instruktur yang akan dihasilkan oleh LID ini. Maaf aku salah, ternyata LID tak sekejam itu. Bahkan aku bisa menikmati setiap inci hal yang sedang terjadi didalamnya. Aku menemukan keluarga baruku disini. Mengaji, memasak, mendengarkan materi, berdiskusi, hingga menikmati malam dengan tugas daily. Terlihat selipan buku catatan di sudut tas merah itu, hey kau rindu dengan coretanku ya? Segera ku ambil, lalu ku baca lagi tulisan terakhirku. Kutuliskan beberapa kalimat setelah kata terakhirnya. Mungkin ini yang aku butuhkan untuk menyelesaikan tulisanku, begitu pikirku. Lantas, beginilah tulisan sederhana ku:


Dalam rumah itu, ada suka sampai cita

Padahal dibenturkan, namun tak juga remuk

Ada pemikiran yang harus selalu dikembangkan

Serta rasa yakin yang berkerumun

 

Aku, pemuda dua dasawarsa

Terlahir dari metamorfosa

 Yang hebat dari rumah merah itu.

Dengan berbagai tradisi dan semangat luhur

 

Aku siap berbenah dan melangkah

Mengajak bangkit, saat tubuh sakit

Memuji hebat, padahal hampir saja sekarat

Selamat pada diri

Semangat terpatri

Yang telah menghibah pada nafas-nafas perjuangan


            Tak terasa, ini sudah hari terakhir bersama-sama. Rasa kantuk sebab 3 hari tak merasakan tidur juga sudah lupa untuk kurasakan. “Tak apa, kita tetap keluarga. Ikatan ini yang akan terus memeluk. Tetap saling membersamai untuk saling membenahi.” Terima kasih banyak KORPS Instruktur Surabaya, juga PC IMM Kota Surabaya yang sudah menemukanku dengan mereka. Mengajariku tentang segala hal yang belum pernah sempat ku fikirkan untuk ikatanku. Juga memberiku cinta untuk mengawali bulan desemberku dengan penuh makna.

            Awal bulan desember yang berharga, tercetak menjadi instruktur katanya. Membuatku tersenyum juga berfikir tentang hal apa yang akan aku berikan untuknya sebagai oleh-olehku mengikuti LID yang sangat berkesan ini? Menjadi Putri yang lebih baik, rasanya itu sudah pasti. Tapi sumpah yang sejak semalam kuucapkan dengan penuh derai air mata tak bisa semudah itu untuk diubah menjadi narasi perjuangan di ikatan. Oleh karna itu, gelar instruktur yang didapat rasanya tak pantas jika harus dibangga-banggakan. Sang instruktur identitas itu kini tersemat pada diri. Maka mari mengemban amanah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Dengan tidak memaknainya sebagai beban, akan tetapi melakukannya penuh ketulusan, karna IMM sedang membutuhkan generasi-generasi yang mencintainya bukan karna sebab tapi siap menerima akibat dan tanggungjawab.

 

Ini untukmu, kader IMM yang kusemogakan bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan.

“Ada yang berkesan. Seperti tak ingin diakhiri, tak ingin dipisahkan dan tak ingin disudahi. Awal yang tak akan menjadi akhir. Tentang segala cerita yang sudah menjadi rasa, tentang segala kisah yang sudah menjadi makna"

 

Saat menulis ini, kakak masih muda menuju seperempat abad perjalanan. 20 tahun di hadapan wajah semesta. Kakak benar-benar manusia. Dimana seperti yang lain menganggap sempurna, banyak bermimpi dan berminta semangat. Kakak pernah punya mimpi, kelak kalian lahir dan tumbuh disana. Di tempat langit yang ditulis di dalam puisi-puisi. Teruntuk kawan-kawan di rumah merah ini. Kurangi mendunia, kurangi lalu lalang, dan tetaplah hidup-menghidupi. Karena sejatinya cinta itu bertemali,

Cintai semestamu dengan mencintai dirimu sendiri. Lalu bergeraklah dan Cintailaj gerakanmu yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.

 

Terima kasih telah membaca. Sekali lagi terima kasih. Semoga tulisan ini bukan hanya menggetarkan namun juga menggerakkan.